Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Entri yang Diunggulkan

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Mensyukuri Potongan Gaji Ternyata Luar Biasa Dampaknya

Seorang teman memberikan kabar tidak gembira di tengah pandemi corona. Dia bersama ratusan karyawan lainnya di satu penerbitan buku mengalami PHK. Ya, pemutusan hubungan kerja. Dia kehilangan pekerjaan. Padahal posisinya cukup tinggi. Seorang manajer yang turut berperan dalam pemasukan perusahaannya. Sayangnya sebagian besar toko buku tutup. Sementara itu penjualan secara daring ( on-line ) masih trial and error . Di masa pandemi, kecenderungan masyarakat mengutamakan kebutuhan pokok daripada belanja buku. Angka penjualan terjun bebas. PHK menjadi langkah penyelamatan perusahaan. Berbagai perusahaan sejenis dan perusahaan pada umumnya mengambil langkah win-win solution daripada PHK. Gaji seluruh karyawan dipotong. Besar potongan sesuai jabatan. Semakin tinggi jabatan, semakin besar pula potongannya. Saya pun mengalami pemotongan gaji mulai akhir April 2020. Awalnya saya shock . Merasa khawatir tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Terlebih pada saat Ramadan dan leba

Kecerdasan Inilah yang Menentukan Kesuksesan Hidup

Beberapa kali, saya sempat mengukiti tes IQ. Saya memperoleh skor yang cukup tinggi. Skor tersebut menunjukkan IQ saya di atas rata-rata. Apakah saya senang? Dulu, iya. Sekarang tidak! Kecerdasan intelektual tidak menjamin kesuksesan hidup. Perlu satu kecerdasan lagi agar hidup kita bahagia. Bukan hanya bahagia di dunia, namun juga bahagia di akhirat. Kecerdasan itu bernama kecerdasan spiritual. Mengutip definisi kecerdasan spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall dalam SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Mizan, 1999) , kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual merupakan landasan untuk mengfungsi

Menyikapi Orang-orang yang Beribadah dengan Perasaan, Baperan

Pada saat Majelis Uiama Indonesia memberikan fatwa shalat di rumah guna menghambat penyebaran wabah corona, sejumlah orang mengerutu. “Ke Masjid dilarang, giliran pasar dan mall tetap dibiarkan buka.” Saya juga mendapat ujaran serupa dengan redaksi kalimat yang berbeda. Namun intinya sama: menyayangkan anjuran shalat di rumah saja daripada di masjid serta membandingkan masjid dengan pasar dan mall. Sepintas lalu, mungkin kita terpengaruh dengan ujaran tersebut. Mendadak baperan dan ikut mempertanyakan fatwa MUI tersebut. Padahal menurut Misbahul Huda dalam satu video Inspirasi Spirit Ramadhan untuk Syaamil Group, sikap menolak shalat di rumah dan membandingkan masjid dengan pasar atau mall merupakan contoh ibadah dengan perasaan, bukan dengan ilmu. Beribadah dengan perasaan di masa pendemi corona dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sebab hanya menggunakan persepsi pribadi. MUI memberikan fatwa tentu sudah mempertimbangkan banyak hal dengan berbagai ilmu. Berd

Inilah yang Seharusnya Dilakukan Karyawan, Pebisnis dan Pengusaha di Masa Pandemi

Ahmad seorang karyawan swasta. Saat berangkat ke kantor, dia mengucap basmalah. Senantiasa berdoa kepada Allah. Ahmad memohon campur tangan Allah dalam setiap pekerjaannya, minta penjagaan atas keluarga yang ditinggalkan di rumah. Hal itu mudah saja dilakukan Ahmad, karena di kantornya ada pengingat doa bersama. Saat bekerja, Ahmad selalu menyempatkan diri shalat dhuha dan membaca Al Qur’an. Shalat dzuhur dan Asar pun dikerjakan tepat waktu secara berjamaah. Ahmad berusaha menunaikan tugas-tugasnya sesuai peraturan yang berlaku serta tidak menyimpang dari syariat Islam. Pada akhir bulan Ahmad gajian. Dia tidak lupa menyisihkan sebagian gajinya untuk zakat, infak, dan sedekah. Ahmad sadar dalam gajinya ada hak orang lain yang harus dipenuhinya. Dia pun berusaha membelanjakan penghasilannya sesuai kehendak Allah.   Kegiatan ngantor Ahmad bisa dikatakan bernilai ibadah. Sungguh luar biasa berkah apabila di satu perusahaan semua karyawan melakukan proses awal dan akhir beke

Tiga Sosok dalam Suatu Permasalahan

Seorang teman bernama A sering sekali mengeluh di media sosial. Status terbarunya kerap melempar kritik kepada sesama warganet atau para selebritas. Bahkan pemerintah dalam negeri dan luar negeri pun sering mendapat kritik pedasnya. Saya seringkali mengaktifkan mode snooze   selama 30 hari terhadap akun A. Bikin gerah dan emosi negatif jika statusnya tak sengaja terbaca. Namun di sisi lain, saya merasa tetap perlu menjalin relasi terhadapnya. Satu teman lainnya si B. Dia sering menggelar diskusi jarak jauh dengan akademisi dan selebritas. B menggunakan aplikasi seperti Zoom dan sejenisnya untuk berbagi solusi berbagai masalah. B memang seorang akademisi. Dia paham secara teori, mungkin praktiknya juga, bagaimana cara menyelesaikan masalah. Selain undangan untuk menyimak diskusinya, potongan gambar ( croping ) pelaksanaan diskusi itu kerap dibagikan B ke media sosial. Saya kagum, B bisa mengelar diskusi jarak jauh sampai 3 – 4 kali dalam seminggu. Berapa banyak orang ya