Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Entri yang Diunggulkan

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Hoarding Disorder, Penimbunan Buku dalam Novel Buku Ini Tidak Dijual

Buku Ini Tidak Dijual. Mungkin kalimat itulah yang diucapkan oleh seorang pecinta buku. Ia mengoleksi buku-bukunya bertahun-tahun. Apa jadinya jika perilaku mengoleksi itu berubah menjadi penimbunan ( hoarding )? Apa yang terjadi jika buku-buku itu dijual tanpa sepengetahuan sang penimbun buku?  Dua Pria Pengumpul Buku Brian Clenshaw seorang pria Inggris, mantan salesman . Di usianya yang sudah lewat setengah abad, ia senang mengumpulkan buku, koran, majalah, cakram DVD, koin, dan prangko. Benda-benda itu berdesakan, sampai menggunung di ruang apartemen tempat tinggalnya. Benda-benda yang dikumpulkan Brian itu berbahan kertas yang mudah terbakar sehingga membahayakan lingkungan apartemennya. Akibatnya, Brian diusir dan digugat secara hukum oleh pemilik apartemen.  Brian Clenshaw di antara timbunan buku, koran, dan majalahnya Mirip dengan Brian, Padi juga memiliki banyak koleksi buku. Ia rajin membeli buku dan menyimpannya, bahkan buku-buku pelajaran sekolah juga

Aktor Tampan Rela Melakukan Adegan Panas di Film Terbarunya

Aktor tampan ini rela melakukan adegan panas di film terbarunya. Tidak ada raut penyesalan di wajahnya saat menceritakan pengalaman syuting, termasuk adegan dengan beberapa gadis. Semua dilakukan dengan penuh kesadaran dan profesionalitas tinggi. Rela Melakukan Adegan Panas Aktor tampan yang saya maksud itu bernama Hamas Syahid Izzudin. Pria kelahiran Bengkulu 11 Maret 1992 itu merupakan pendatang baru di dunia perfilman Indonesia. Film pertamanya, Tausiyah Cinta baru saja beredar pada Oktober 2015 lalu. Saat ini, Hamas masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di satu perguruan tinggi negeri yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Film pertama Hamas, belum mampu menarik banyak penonton seperti film-film box office  Indonesia semacam Ayat-Ayat Cinta dan Surga yang Tak Dirindukan. Untuk film berikutnya, Hamas menyiapkan diri sebaik mungkin. Modal wajah tampan dan sosok yang keren saja mungkin tidak cukup menarik minat penonton film di negara

Menyusun Kurikulum Kelas Menulis Kreatif

Kurikulum kelas menulis kreatif sering ditanyakan kepada saya. Pada tahun 2006, saya pernah menyusun kurikulum kelas menulis kreatif untuk diajarkan secara privat kepada tiga bersaudara, anak anggota DPR RI yang semuanya masih berusia SD. Kurikulum kelas menulis kreatif itu saya adaptasi dari buku Writing Craft karya Ralph Fletcher and JoAnn Portalupi. Kurikulum itu saya pakai juga pada beberapa kelas menulis kreatif dengan peserta usia SD kelas tinggi dan SMP.   Usai menikmati pendidikan psikologi di Universitas Indonesia, saya menyadari, kurikulum awal kelas menulis kreatif itu sebaiknya memberikan pengalaman MEMBACA . Langkah Awal Menyusun Kurikulum Kelas Menulis Kreatif: Tanya Bacaannya! Jika dirunut berdasarkan perkembangan kognitif, belajar mengenal huruf dan membaca terlebih dahulu daripada menulis, kan? Menulis itu kemampuan kognisi tingkat tinggi. Seseorang harus memiliki jumlah kata yang cukup banyak di kepalanya, pengetahuan luas dan imajinasi untuk merangkai kat

Manual Coffee Brewing di Yellow Truck Coffee

Apa yang istimewa dari seduhan biji kopi? Lebih gampang minum kopi sachet , kan. Praktis membuatnya dan enak rasanya. Itu pertanyaan dari peminum kopi awam yang mengawali kebiasaan minum kopi dengan kopi bubuk dan sachet seperti saya. Minggu lalu pertanyaan saya terjawab di Yellow Truck Coffee Manual Coffee Brewing di Yellow Truck Coffee Yellow Truck Coffee yang saya kunjungi berlokasi di Jalan Linggawatu No 11, Bandung. Lokasinya tidak jauh dari bundaran patung Wastukencana, menyempil di antara kos-kosan dan ruko. Bangunannya berupa rumah tempo dulu yang memanjang ke belakang. Yellow Truck Coffee ini merupakan satu dari lima Yellow Truck Coffee yang ada di Bandung. Dapur Saji Yellow Truck Coffee Bandung. Dekorasinya memanfaatkan plat kendaraan bermotor. Ada maknanya nggak, ya?  Siang itu, Yellow Truck Coffee  mengadakan Manual Coffee Brewing Workshop . Saya adalah satu dari belasan peserta yang akan diajari menyeduh kopi setahap-demi setahap dari biji kopi asli.

Sutradara Tampan Gabungkan Bayangan dan Mata Asli dalam Animasi A Shadow of Blue

A Shadow of Blue merupakan fim pendek garapan Carlos Lascano, seorang sutradara, penulis, juga ilustrator yang terlahir di Argentina pada 8 Juni 1973. Salah satu kekhasan film animasi garapan Carlos Lascano yang terdapat dalam A Shadow of Blue adalah gabungan antara animasi dan objek nyata. Ia menggunakan mata dan bayangan orang asli dan untuk film animasinya itu. Ide A Shadow of Blue Ide film pendek   A Shadow of Blue muncul saat Carlos Lascano melihat foto yang sangat menggugah nuraninya. Foto itu memuat dua orang gadis berseragam sekolah tengah berjalan melewati reruntuhan bangunan satu kota yang hancur akibat perang. Mereka tidak terlihat takut, malah terlihat sambil bermain-main di antara reruntuhan. Carlos menduga pastilah ada imajinasi dan fantasi tertentu di kepala mereka, sehingga mampu berjalan melalui puing-puing bangunan kota. Carlos mulai memikirkan bagaimana cara menyampaikan kekuatan mimpi dan fantasi dua gadis berseragam itu. Ia senang menyampaikan cerit