Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Orang tua sepatutnya mengasuh anak dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Namun tanpa sadar orang tua sering melakukan kekerasan terhadap anaknya. Kekerasan mengancam kehidupan anak sehingga memengaruhi tumbuh kembangnya. Sebagian orang tua hanya memahami kekerasan secara fisik saja. Padahal menurut WHO , kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak. Terry E. Lawson, seorang psikolog dan penulis buku Parenting : What We Need to Know to Make a Difference membagi kekerasan terhadap anak menjadi beberapa jenis 1. Physical Abuse (kekerasan fisik) · Terjadi ketika orang tua atau pengasuh memukul/menjewer/mencubit dan melakukan perbuatan yang menyakitkan fisik lainnya. · Seringkali dilakukan untuk mengondisik