Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Hotel di Cirebon dengan Resepsionis Gadis Cantik Beruban
Hotel di Cirebon sudah banyak berdiri. Berbagai promosi dan keunikan menjadi serta daya tarik bagi tamu untuk menginap di sana. Satu hotel di Cirebon menghadirkan gadis berambut uban sebagai resepsionisnya.
Awal Pertemuan
Senja telah sempurna
ketika mobil yang kami tumpangi menepi di Jalan Kapten Samadikun 61, Cirebon. Lelah dan gerah
mengelayuti badan. Sejak pagi, saya dan belasan teman menempuh perjalanan dari
Bandung melewati Sumedang, Majalengka, kemudian masuk ke Cirebon. Perjalanan
itu dalam rangka Jelajah Wisata Jawa Barat bersama beberapa komunitas di
Bandung. Besok kami masih harus menuju Kuningan. Musium Linggar Jati adalah
tujuan kami.
BACA JUGA: Jejak Legenda Ciung Wanara
BACA JUGA: Jejak Legenda Ciung Wanara
Hotel Neo berdiri
menjulang di hadapan kami, bersaing dengan bangunan-bangunan lain yang cukup
megah. Hotel di Cirebon ternyata
sudah banyak pilihannya. Berbeda dengan 5 tahun lalu saat saya dan istri
melakukan perjalanan ke Cirebon untuk menghadiri pernikahan seorang teman. Hotel
Neo salah satu hotel di Cirebon yang
baru berdiri, bagian grup Hotel Aston. Pemesanan kamar di hotel Neo bisa
dilakukan melalui www.traveloka.com
Tanpa menunggu lebih
lama lagi, kami masuk ke dalam hotel. Udara sejuk seketika. Interior yang didominasi
hiasan dari kayu bermandikan cahaya keemanasan. Beberapa teman mendekati sudut
yang menyediakan welcome drink. Saya
ikut serta. Jus jambu melewati tenggorokan yang kering tak lama kemudian. Segar…
Setelah jus jambu tandas, kerumunan di meja resepsionis menarik perhatian saya. Beberapa teman berfoto dengan gadis resepsionis. Saya memfokuskan pandangan. Ada yang unik dengan gadis resepsionis itu. Rambutnya beruban alias putih secara keseluruhan! Saya mendekati meja resepsionis dan memerhatikan lebih teliti. Betul rambutnya putih, beruban semua, namun usianya saya taksir di kisaran 20-30 tahun. Saya tersenyum kepadanya saat menerima kunci kamar. Rasa letih menghalangi saya untuk memikirkan lebih lanjut soal warna rambut si gadis resepsionis itu.
Kamar Standar Hotel Neo
Saya menginap di kamar jenis
standart. Kamar tidak terlalu luas, namun sangat nyaman untuk saya dan Tio. Ada
dua spring bed tipe single yang menghadap
ke televisi layar datar ukuran 32 inch. Di bawah televisi ada semacam meja yang
memuat perlengkapan minum berlogo Neo. Di sisi kiri, jendela memberikan
pemandangan kota Cirebon dari ketinggian belasan meter. Kamar kami berada di lantai enam.
Saya merebahkan diri
beberapa menit, baru kemudian mandi. Kamar mandi di sisi dekat pintu masuk.
Cermin lebar terpasang bersama wash table.
Perangkat mandi berlogo Neo tersedia di wash
table. Kloset duduk dan area mandi dipisahkan oleh tirai kedap air. Lantai
dan dinding kamar mandi bersih bersinar.
Shower mandi dilengkapi
dengan saluran air panas dan air dingin. Sama seperti di beberapa hotel, saya
kerap kurang akurat menyetel knop temperatur air. Knop disetel ke arah air
panas, air yang keluar terlalu panas. Disetel ke pertengahan, air cenderung
dingin. Ternyata butuh beberapa menit agar temperatur air yang keluar benar-benar pas dengan
keinginan kita.
Sarapan Ala Cirebon
Usai shalat Subuh di
dekat lobi hotel, saya melintasi meja resepsionis. Apakah si gadis berambut
uban masih ada di sana? Ternyata tidak ada. Meja resepsionis kosong. Saya
duduk-duduk saja di kursi tamu sambil membaca koran yang tersedia, sampai jam
di tangan saya menunjukkan jam 06.00 WIB. Jam sarapan sudah tiba.
Restoran hotel dirancang
dengan interior gabungan etnik dan modern. Meja dan bangku gaya minimalis
berpadu dengan partisi-partisi dari bambu. Makanan yang disajikan ala buffet
atau prasmanan juga menghadirkan menu-menu tradisional Cirebon. Meskipun masih
pagi dan restoran sepi, saya sudah tak sabar ingin mencicipi aneka menu di
sana.
Saya mendekati pojok
lesehan yang menyediakan Tahu Gejrot dan Sego Jamblang. Seorang gadis dengan
rambut disanggul dan berkebaya hitam melayani pesanan saya. Tahu gejrot siap
santap dalam beberapa menit. Seorang teman yang baru datang segera memesan sego
jamblang. Menu khas Cirebon lainnya seperti nasi lengko dan bubur sop juga
tersedia. Ternyata tak perlu jauh-jauh memesan menu khas Cirebon. Hotel di Cirebon seperti Neo tahu,
wisatawan pasti ingin mencicipi menu Cirebon sehingga mereka menyediakannya.
Gadis Beruban Itu Ternyata…
Perut sudah terisi. Saatnya
mandi. Saya melintas meja resepsionis lagi. Gadis berambut uban itu ternyata
sudah ada di sana. Sama seperti kemarin sore, rambutnya putih dan mengenakan
seragam hitam. Saya perhatikan wajahnya, kok beda? Bukan gadis kemarin sore
sepertinya. Dia terlihat sibuk dengan komputer di hadapannya. Saya tidak ingin
mengganggu, hanya menyapa dan tersenyum sekadarnya saja.
Saya berjalan ke arah
lift. Sambil menanti pintu lift terbuka, pandangan saya membentur gambar gadis
di pintu lift. Rambutnya juga putih. Saya menoleh ke arah meja resepsionis.
Saya menganalisis, kemudian tersenyum sendiri. Terlebih setelah saya melihat-lihat
situs hotel Neo dan Traveloka dan menemukan karakter gadis berambun uban di
galeri foto situs-situs itu.
Selama gambar gadis
beruban ada di pintu lift, x-banner, dan materi publikasi lainnya, saya pasti
akan selalu menemukan gadis resepsionis berambut uban menyambut saya dan tamu
hotel lainnya. Dalam hati, saya mengakui kecerdikan tim manajemen untuk
menghadirkan sosok gadis berambut uban. Hanya saja satu pertanyaan kemudian
melintas di kepala saya: seharian
berambut ubanan seperti itu, apa tidak risih dan gatal, ya? Demi
profesionalitas, mungkin beberapa gadis rela saja tampil seperti itu.
ini ya gan gadis berubannya http://www.traveloka.com/en/hotel/indonesia/neo-samadikun-cirebon-hotel-1000000530525?spec=23-6-2016.24-6-2016.1.1.HOTEL.1000000530525. ? wkwkw
BalasHapus^_^ Silakan ke sana
HapusMantap nih hotelnya. Hasil fotonya cakep banget, seru ya nginap di hotel seperti ini, mantap
BalasHapusjangan2 pake wig putih :P
BalasHapuswah itoe kayaknya keren tuh
BalasHapushttps://khsblog.net/2016/06/28/heboh-cafe-jamban-semua-perabotan-jamban-dijadikan-perabotan-hidangan-jijik-gak-yah-ahihihi/
Ada-ada saja ya buat daya tarik, tp mbak2 nya keliatan cantik2 malahan
BalasHapusNtar klo ke cirebon, jd tau deh hotel apa yg rekomendid, ^o^
BalasHapusItu Wig keleus :p
BalasHapus