Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Untuk Hari Raya, Gesek Saja

Mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang Idul Fitri, sangat dinanti para karyawan di Indonesia. THR yang nominalnya 50%-100% take home pay memungkinkan pembelanjaan berbagai kebutuhan lebaran. Apakah THR harus selalu habis untuk kebutuhan lebaran?

Tahun ini saya tidak ingin hal itu terjadi lagi. Maka dari itu resolusi lebaran tahun ini adalah Pengeluaran yang Tercatat, Terukur, dan Realistis  

Inspirasi Catatan Belanja Ibu

Ibu saya mempunyai buku catatan belanja seukuran saku. Setiap hari ia menuliskan barang apa saja yang dibeli serta harganya. Mulai dari sayur-mayur sampai iuran bulanan tertulis di sana. Ibu juga membuat total belanja dalam satu hari. Berdasarkan buku itu, pengeluaran harian keluarga tercatat dan bisa ditelaah untuk evaluasi kapan pun juga.

Saat masih remaja, saya sesekali membaca buku catatan pengeluaran itu. Dulu saya sering tersenyum dan merasa konyol dengan kebiasaan ibu tersebut. Kini, setelah berkeluarga saya baru merasakan manfaat pencatatan setiap pengeluaran. Saya meniru kebiasaan ibu, meskipun tidak mencatat serapi dan sedetil ibu. Saya selalu berusaha menyimpan nota pembelian dan membayar dengan kartu kredit atau kartu debit agar nilai pembelanjaan tercatat secara otomatis.

Menjelang lebaran, saya gunakan kartu kredit ketimbang uang tunai untuk pembelanjaan di atas Rp50.000,- sedangkan kartu debit untuk pembelanjaan di atas Rp50.000,-. Alasan penggunaaan kartu kredit dan debit, selain tercatat secara otomatis, saya juga bisa mendapatkan manfaat reward dan memanfaatkan promosi kartu kredit yang sebagian besar berupa diskon khusus.

Terukur dan Realistis, Bukan Asal Gesek

Sebagian orang enggan memiliki kartu kredit karena khawatir boros, gampang gesek untuk belanja ini-itu. Saya justru sebaliknya, menggunakan kartu kredit dengan cerdas: untuk berhemat. Kok bisa hemat?

Setiap kartu kredit memiliki program promosi yang berbeda-beda. Maka dari itu, saya melakukan semacam riset terlebih dahulu sebelum mengajukan permohonan kartu kredit. Saya mencari tahu berbagai persyaratan, manfaat, hak, dan kewajiban jika memiliki satu kartu kredit. Product knowledge semacam itu disediakan oleh cermati.com Saya mendapat gambaran lengkap satu kartu kredit, bahkan membandingkan satu kartu kredit dengan satu kredit lainnya. Riset tersebut menghasilkan satu keputusan untuk mengajukan permohonan kartu kredit Carrefour Megacard dengan 2 alasan: Carrefour  dekat dengan rumah dan program diskon belanja 10%.

Membandingkan fitur kartu kredit satu dengan lainnya di cermati.com

Setelah memiliki Carrefour Megacard datanglah tawaran dari Bank ANZ. Saya melakukan riset lagi melalui cermati.com Manfaat yang dapat saya peroleh dari kartu kredit ANZ cukup menggiurkan; ada program diskon 5% untuk setiap pembelanjaan online. Karena Carrefour Megacard sering dipakai untuk cicilan 0% sehingga mengurangi sisa kredit, maka saya menyetujui penawaran dari Bank ANZ. Tanpa proses yang berbelit-belit, saya mendapatkan ANZ Titanium Mastercard.

Kartu kredit ANZ Titanium inilah yang sering saya gunakan untuk berbelanja menjelang lebaran, mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, pakaian anak dan keponakan, juga membeli buku-buku agama dan Al-Qur’an untuk dijual kembali (reseller). Sebelum menggunakan kartu, saya memperkirakan terlebih dahulu, jumlah pembelanjaan dan berapa dana yang tersedia di rekening tabungan saya, sehingga saat tanggal penagihan kartu kredit, semua pembelanjaan yang berubah menjadi tagihan kartu kredit itu bisa dibayar lunas.
Kartu kredit pengganti uang tunai

Senyum Setelah Lebaran

Usai mudik ke kampung halaman istri, saya coba menghitung lagi dana yang sudah keluar untuk kebutuhan mudik, baik belanja barang maupun uang amplop untuk anak-anak sanak saudara. Alhamdulillah dana THR yang tersisa masih cukup banyak.

Untuk uang amplop lebaran, saya menggunakan fasilitas Tarik Tunai dari Kartu Kredit ANZ Titanium. Saat itu saya belum memiliki uang tunai sedangkan bagian keuangan di kantor sudah menyediakan penukaran lembar uang kertas baru. Setelah memperhitungkan bunga dan lainnya melalui cermati.com, saya melakukan tarik tunai. Alhamdulillah untuk uang amplop ini, dananya tidak jebol seperti tahun lalu, karena kami mempunyai pecahan uang Rp5.000,- Rp10.000 dan Rp20.000 sehingga bisa memberikan nominal tertentu sesuai usia dan kebutuhan anak-anak sanak saudara. Tahun lalu, kami hanya memiliki pecahan Rp50.000, sehingga dana uang amplop jadi membengkak.

Sisa uang THR kami tabung kembali untuk keperluan tak terduga dan mudik ke kampung halaman saya di Palembang tahun depan. Saya juga mencermati laman promosi kartu kredit yang saya miliki di cermati.com. Barangkali bisa untuk candle light dinner dengan istri namun harganya diskon. 

Jika kita pandai menggunakan kartu kredit, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Cermati.com menjadi pilihan saya untuk mendampingi penggunaan kartu kredit dan jenis produk perbankan lainnya.   

Laman member di cermati.com, menampilkan promosi sesuai kartu kredit yang kita miliki

Sumber foto usnews.com dan cermati.com

Komentar

  1. belum punya kartu kredit. bisa dicoba kapan2 kalau udah ngajuin aplikasi dan acc :D hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Lina. Slip gaji dan surat keterangan dari kantor itu menjadi syarat utama dari sebagian penerbit kartu kredit yang bikin ilfil sebagian orang ^_^

      Hapus
  2. CC bank mega yg banyak promo gila2an diskon 50% ... lumayan kalo makan2 di resto hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, terutama di resto dan gerai grup Trans

      Hapus
  3. Biar lambat asal tetap muncul. ^_^

    Keren deh tulisannya. Bagi saya yang doyan belanja, bisa belajar mensiasati/ mengerem pengeluran dengan menggunakan kartu kredit. (Nanti kalau sudah berumahtangga ^_^)

    Terima kasih informasinya, Mas Koko

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cari calon suami yang hemat dan cermat. Rem pengeluaran yang alami itu Key :-P

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Surat Keterangan Siswa dengan NISN

Lomba menulis untuk siswa SD, SMP atau SMA seringkali mensyaratkan surat keterangan dari kepala sekolah, lengkap dengan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN). Surat ini untuk menguatkan status siswa di satu sekolah sekaligus sebagai upaya menyadarkan pihak sekolah bahwa ada siswanya yang ingin mengikuti suatu lomba.  Surat Keterangan Siswa Siswa cukup menyampaikan permintaan surat keterangan siswa kepada guru, wali kelas, atau wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Surat keterangan siswa dibuat oleh bagian administrasi sekolah, ditandatangani kepala sekolah dan dibubuhi cap. Berikut ini merupakan contoh surat keterangan siswa yang belum ditandatangani kepala sekolah dan dibubuhi cap.    Contoh surat keterangan siswa yang belum dibubuhi cap sekolah dan tanda tangan kepala sekolah Nomor Induk Siswa Nasional Nomor Induk Siswa Nasional merupakan nomor identitas unik yang diberikan secara acak kepada setiap siswa di Indonesia oleh Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP),

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Inilah 8 Alasan Seorang Suami Tetap Suka Menonton Film Porno

Banyak hal yang berubah setelah menikah. Namun apa jadinya jika seorang pria masih mempertahankan kebiasaan buruknya padahal sudah beristri. Kebiasaan terkait hubungan suami istri lagi. Berikut kisahnya, saya kutip dari guystuffcounseling.com publikasi (27/9/2017) Monica sangat marah pada Ed karena kebiasaan buruknya. Dia menemuai Jed Diamond, Ph.D., seorang psikoterapis di Willits, California, Amerika Serikat, untuk menceritakan masalahnya. "Aku hanya tidak mengerti. Aku suka berhubungan intim. Aku ada kapan pun Ed tertarik. Kenapa dia harus mencari pornografi? Kurasa sesekali tidak menyakitkan, tapi dia sepertinya lebih suka nonton yang begituan di komputer." Monica merasa kebiasaan itu menghancurkan pernikahan mereka. Mengapa suaminya lebih suka nonton daripada melakukan bersama dirinya? Sebagai seorang terapis, Jed telah berbicara dengan banyak pria dan wanita yang memiliki masalah pornografi dalam kehidupan mereka. Jed mengemukakan 8 alasan pria memi