Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Apa yang istimewa dari
seduhan biji kopi? Lebih gampang minum kopi sachet,
kan. Praktis membuatnya dan enak rasanya. Itu pertanyaan dari peminum kopi awam
yang mengawali kebiasaan minum kopi dengan kopi bubuk dan sachet seperti saya.
Minggu lalu pertanyaan saya terjawab di Yellow Truck Coffee
Manual Coffee Brewing di Yellow Truck Coffee
Yellow Truck Coffee yang saya
kunjungi berlokasi di Jalan Linggawatu No 11, Bandung. Lokasinya tidak jauh dari bundaran patung
Wastukencana, menyempil di antara kos-kosan dan ruko. Bangunannya berupa rumah
tempo dulu yang memanjang ke belakang. Yellow Truck Coffee ini merupakan satu
dari lima Yellow Truck Coffee yang ada di Bandung.
Dapur Saji Yellow Truck Coffee Bandung. Dekorasinya memanfaatkan plat kendaraan bermotor. Ada maknanya nggak, ya? |
Siang itu, Yellow Truck
Coffee mengadakan Manual Coffee Brewing
Workshop. Saya adalah satu dari belasan peserta yang akan diajari menyeduh kopi
setahap-demi setahap dari biji kopi asli. Sebelumnya, Yellow Truck Coffee juga
pernah mengadakan workshop, tetapi sebatas pengenalan alat-alat untuk membuat
berbagai macam kopi saja.
Hans (tengah) di Yellow Truck Coffe |
Kami dipandu oleh salah satu
barista Yellow Truck Coffee, Hans namanya. Saya sempat bertanya, apakah dia
belajar di sekolah khusus untuk meramu kopi? Hans mengaku ia belajar secara
otodidak saja. Selain itu, ia juga sering mengikuti kompetisi meramu kopi.
Tahapan Manual Coffee Brewing di Yellow Truck Coffee
Sebelum
workshop dimulai, saya mengamati peralatan-perlatan yang akan digunakan untuk
meramu kopi. Seperti inilah penampakannya.
Peralatan Manual Breweing di Yellow Truck Coffee |
1. Membilas
Peralatan
Semua peralatan yang
digunakan dibilas dengan air hangat, baik wadah penampung kopi, maupun kertas
saring yang akan digunakan untuk memisahkan cairan kopi dari padatannya. Hal
ini dilakukan untuk memastikan tidak ada zat-zat pengotor yang dapat
memengaruhi cita rasa kopi.
Membilas kertas saring dengan air hangat sebelum digunakan |
2. Menakar
dan Kalibrasi
Takaran dan ukuran akan menentukan
rasa. Itu yang saya tangkap dari penjelasan Hans, kenapa biji kopi harus
ditakar dulu. Perbedaan berat 1 gram, bahkan 1 mikrogram sebenarnya memberikan cita rasa yang berbeda pada seduhan kopi.
Menakar biji kopi sebelum menggiling |
Alat penggiling kopi juga dipakai
untuk menggiling beberapa gram biji kopi dari jenis yang akan diseduh terlebih
dahulu. Hasil gilingannya disisihkan saja. Tujuannya, agar bubuk kopi yang
tersisa pada penggiling sama jenisnya.
3. Menggiling
Biji Kopi
Hans menakar 16 gram biji kopi
dengan asumsi 1 gramnya akan tertinggal di alat penggiling. Ukuran serbuk kopi
disetel 2.5 atau medium. Tombol giling pada alat ditekan, kopi digiling menjadi
serbuk dengan kecepatan konstan. Kecepatan menggiling juga turut menentukan
rasa kopi. Maka dari itulah, jika seseorang belum bisa menggiling kopi dengan
tangan yang berkecepatan konstan, Hans menyarankan agar menggiling kopi dengan
mesin giling saja.
Menggiling biji kopi |
Begitu bubuk kopi keluar dari
alat penggiling, Has segera menutup bubuk kopi itu dengan kertas saring, agar
aromanya tidak menguap ke udara.
4. Menyeduh
Kopi
Hans menuangkan bubuk kopi ke
atas kertas saring yang berbentuk kerucut dan telah dibilas dengan air hangat.
Pria berambut keriting itu menyalakan timer, kemudian membasahi seluruh
permukaan bubuk kopi dengan air hangat 90oC, lalu membiarkannya
sejenak. Tujuannya untuk membiarkan pori-pori serbuk kopi terbuka terlebih
dahulu.
Setelah timbul lubang-lubang
kecil pada permukaan kopi, Hans menuangkan air hangat 90oC lagi
dengan cara berputar, agar seluruh bubuk kopi terekstrak. Total air yang
digunakan untuk membasahi dan mengesktrak adalah 200ml. Air yang digunakan air
kemasan galon. Ph (derajat keasaman) air kemasan juga turut menetukan rasa
kopi.
Proses penyeduhan atau ekstraksi dimulai |
Setelah timer menunjukkan
waktu 120 detik, kertas saring diangkat, seduhan kopi dituangkan ke
cangkir-cangkir kecil. Hans menawari kami untuk mencicipi kopi hasil seduhannya
itu.
5. Menghirup
kopi selagi hangat
Hans mengajari kami cara
menikmati kopi yang masih hangat itu. Caranya, rasakan aroma kopi, kemudian kopi dihirup cepat dan sebarkan cairannya di seluruh permukaan lidah agar panasnya tidak terasa dan ‘rasa’ kopi
tercecap semua.
Menikmati aroma kopi |
“Buah apa yang terasa di
kopi, ini?” tanya Hans pada kami.
Saya termangu. Emang ada rasa buah, ya? Lidah saya
belum terlatih. Yang jelas di lidah saya, kopi seduhan Hans ini beda dengan
kopi sachet. Rasa kopi asli, tapi
tidak pahit dan agak asam.
“Markisa, ya?” ujar Bunda Intan,
salah satu peserta workshop.
“Ada asam-asamnya, gitu”
celetuk saya.
“Ini kopi bali. Pada kopi
bali rasa citrus yang kuat.”
Citrus? Jeruk? Pantas saya
pernah minum kopi bali kok rasanya asam.
Hans menjelaskan, bahwa kopi
seduhannya itu akan semakin terasa asam seiring waktu. Jadi banyak sekali
faktor yang memengaruhi rasa kopi. Temperatur cairan, lama penyeduhan, jumlah
serbuk kopi, peralatan, dan banyak lagi. Wajar saja jika secangkir kopi asli
yang enak itu mahal harganya, kan?
Mencoba Manual
Coffee Brewing
Hans mempersilakan kami untuk
menyeduh kopi sendiri dengan tahapan yang sudah diperagaknnya. Saya menjadi peserta
yang mencoba untuk pertama kalinya! Saya lakukan tahapan-tahapannya dengan
banyak bertanya. Dalam hitungan menit saja, saya sudah berhasil menyeduh kopi.
Biji kopi yang saya gunakan adalah kopi asal Garut, Jawa Barat.
Soal rasa, memang berbeda
dengan kopi Bali. Rasanya lebih strong.
“Bagaimana kalau ditambah gula, Hans?” tanya saya.
Hans tidak merekomendasikan
minum kopi yang baru diseduh secara manual
brewing dengan gula. Sebab kopi sebenarnya sudah memiliki rasa manis yang
khas. Penambahan gula akan membuat manis khas kopi hilang.
Sore itu saya mendapatkan
pelajaran berharga di Yellow Truck Coffee. Mungkin wawasan dan pengetahuan yang
saya peroleh bisa disebut filosofi kopi. Satu ide melintas di kepala saya,
bahwa teman-teman saya penikmat kopi sachet harus mencoba manual coffe brewing suatu hari nanti.
Yellow Truck Coffe and Tea co
Jln Linggawastu 11 Bandung
@yellowtruckcoffe
Jam operasional
09.00-23.00WIB
Wah, iya. Aku suka kalau minum kopi di cafe coffe yg bener-bener dibuat dari tahap awal (biji-diseduh). Memang rasanya lebih nikmat dan harganya juga -_-
BalasHapusAda kualitas, ada harga ^_^
Hapus