Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Tantangan Orangtua Mendidik Anak Generasi Alfa

 

Kehadiran ponsel pintar dan berbagai aplikasinya serta kemudahan akses internet membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Dulu saat saya kecil, televisi menjadi media untuk mendapatkan hiburan semisal film kartun. Kini di rumah saya, kegiatan menonton bukan dari televisi lagi melainkan dari ponsel pintar.

Untuk memahami perubahan perilaku masyarakat, para marketer menggunakan teori generasi XYZ. Di dalam makalah Beyond Z: Meet Generation Alpha yang ditulis nalis sosial-cum-demograf, Mark McCrindle, setelah generasi Z yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an hingga pertengahan tahun 2000-an akan muncul Generasi A alias Generasi Alfa.

Tahun kelahiran generasi A dimulai dari 2010. Generasi Alfa merupakan anak dari generasi Y atau Millenial Generation (kelahiran 1977-1994). Menurut McCrindle, generasi Alfa merupakan generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu hingga berjumlah sekitar 2 miliar pada 2025.

Sejumlah penelitian dilakukan untuk mengetahui preferensi gaya hidup, politik, dan ekonomi generasi ini kelak. Gunanya untuk menerka bagaimana perputaran dunia di masa mereka.

Sejumlah ciri generasi A disusun sebagai berikut

  • ·        Menghabiskan sekitar 18 juta dolar per tahun hanya untuk konsumsi mainan, pakaian, dan tetek-bengek teknologi baru yang cuma ada di zaman ini.
  • ·        Generasi yang paling terdidik daripada Generasi Z
  • ·        Terbiasa mengakses informasi via internet.
  • ·        Piawai menggunakan touchscreen untuk mengakses program Android yang banyak tersedia secara bebas.
  • ·        Akrab dengan teknologi
  • ·        Jarak semakin tidak berarti bagi Generasi A, ruang dan waktu seolah tanpa batas.
  • ·        Pergaulan tidak lagi ditentukan dari faktor lokasi.
  • ·        Menjadi generasi paling sejahtera.


Saya yakin, sebagian ciri tersebut sudah terlihat pada anak-anak kita. Fenomena perilaku generasi alfa tersebut menjadi tantangan bagi orang tua zaman now. Anak hidup dalam arus deras informasi. Mereka bisa hanyut jika tidak didampingi.

Bandingkan saja dari segi tontonan. Kita yang tumbuh hanya dengan tontonan stasiun TVRI di era 1980-an dan 1990-an masih menonton pada jam yang sangat terbatas. Bandingkan dengan anak saat ini yang bisa menonton minimal 15 saluran televisi nasional serta stasiun televisi lokal.

Apabila anak mudah menggunakan internet dan disediakan gawai, mereka bisa menjelajah ke berbagai dunia melalui media sosial semisal Youtube. Anak melihat konten medsos yang belum tentu tepat bagi usianya dari seluruh dunia. Alasan orang tua yang membekali anaknya dengan gawai agar anak tidak gagap teknologi malah menjadi user only. Bukannya penguasa teknologi, melainkan dikuasai teknologi informasi.

Apakah kita sebagai orang tua siap menghadapi anak yang seringkali lebih mahir menggunakan aplikasi?

Mampukah kita sebagai orang tua berkomunikasi dengan anak semantara ia lebih banyak berkomunikasi melalui gawai dengan siapa saja?

Bisakah kita sebagai orang tua sabar menghadapi anak yang seringkali lebih asyik dengan gawainya?

Fenomena anak yang asyik sendiri dengan dunianya dalam gawai terkoneksi internet makin sering kita temukan. Orang harus tua tegas mengambil keputusan sejak dini, ingin menjadi keluarga yang dikendalikan oleh teknologi informasi atau pengendali teknologi informasi.

Buat aturan tegas terkait penggunaan gawai. Misalnya gawai harus nonaktif mulai pukul 18.00 kecuali untuk urusan yang sangat penting. Orang tua menerapkan terlebih dahulu secara konsisten agar diikuti anak-anak.

Kebiasaan baik selalu dimulai dari orang tua. Anak akan meniru dengan sendirinya. Makin muda usia anak, makin cepat dan mudah membentuk perilakunya. Jangan nanti-nanti sehingga butuh waktu lebih lama untuk menerapkan kebiasaan baik pada anak.    


Sumber gambar
goodmorningamerica.com, yellow-communications.com 

Komentar

  1. Adik pun termasuk generasi Alpha ini, bisa dibilang tiap hari pegang gadget. Apalagi sekarang SFH, akhirnya orang tua juga dituntut untuk paham dunia saat ini, supaya komunikasi dan pola pendidikannya sinkron sama zaman dan kebutuhan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Surat Keterangan Siswa dengan NISN

Lomba menulis untuk siswa SD, SMP atau SMA seringkali mensyaratkan surat keterangan dari kepala sekolah, lengkap dengan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN). Surat ini untuk menguatkan status siswa di satu sekolah sekaligus sebagai upaya menyadarkan pihak sekolah bahwa ada siswanya yang ingin mengikuti suatu lomba.  Surat Keterangan Siswa Siswa cukup menyampaikan permintaan surat keterangan siswa kepada guru, wali kelas, atau wakil kepala sekolah urusan kesiswaan. Surat keterangan siswa dibuat oleh bagian administrasi sekolah, ditandatangani kepala sekolah dan dibubuhi cap. Berikut ini merupakan contoh surat keterangan siswa yang belum ditandatangani kepala sekolah dan dibubuhi cap.    Contoh surat keterangan siswa yang belum dibubuhi cap sekolah dan tanda tangan kepala sekolah Nomor Induk Siswa Nasional Nomor Induk Siswa Nasional merupakan nomor identitas unik yang diberikan secara acak kepada setiap siswa di Indonesia oleh Pusat Data Statistik Pendidikan (PDSP),

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

Inilah 8 Alasan Seorang Suami Tetap Suka Menonton Film Porno

Banyak hal yang berubah setelah menikah. Namun apa jadinya jika seorang pria masih mempertahankan kebiasaan buruknya padahal sudah beristri. Kebiasaan terkait hubungan suami istri lagi. Berikut kisahnya, saya kutip dari guystuffcounseling.com publikasi (27/9/2017) Monica sangat marah pada Ed karena kebiasaan buruknya. Dia menemuai Jed Diamond, Ph.D., seorang psikoterapis di Willits, California, Amerika Serikat, untuk menceritakan masalahnya. "Aku hanya tidak mengerti. Aku suka berhubungan intim. Aku ada kapan pun Ed tertarik. Kenapa dia harus mencari pornografi? Kurasa sesekali tidak menyakitkan, tapi dia sepertinya lebih suka nonton yang begituan di komputer." Monica merasa kebiasaan itu menghancurkan pernikahan mereka. Mengapa suaminya lebih suka nonton daripada melakukan bersama dirinya? Sebagai seorang terapis, Jed telah berbicara dengan banyak pria dan wanita yang memiliki masalah pornografi dalam kehidupan mereka. Jed mengemukakan 8 alasan pria memi