Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Entri yang Diunggulkan

Mengingat Kembali Jawaban Pertanyaan Mengapa Ingin Memiliki Anak

Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m

7 Kriteria yang Dipertimbangkan Pria Saat Memilih Calon Istri, Nomor 2 Bisa Bikin Galau

Sebagian orang heran dengan pria mapan tampan yang belum juga menikah di usia tiga puluhan bahkan usia kepala empat. Fenomena ini sering kita temukan di kota-kota besar, namun ada juga di kota kecil, kabupaten bahkan desa.  Cari dan tunggu apa lagi, ya?  Sebagai sesama pria, saya juga tidak tahu jawaban pastinya. Apakah kenyamanan dan kesempurnaan cinta yang dicari? Bisa jadi si pria menetapkan kriteria tertentu saat memilih calon istri. Saya coba kutip dari standardmedia.co.ke, ada 7 kriteria yang umumnya dipakai pria di seluruh dunia saat memilih calon istri. 1. Usia lebih muda sering heran Pria memilih wanita yang lebih muda 5 – 10 tahun. Jika  pria berusia 30 tahun, calon istri berada di kisaran usia 20 – 25 tahun. Jika pria menginginkanpunya banyak anak, usia muda akan menjadi prioritas utama sebab usia aman melahirkan haruslah sebelum 40 tahun. Usia yang lebih muda juga membuat si pria bangga menggandeng istrinya ke mana-mana 2. Bukan wanita karier Wanita karier cenderung memilik

Balita Ngomong Jorok untuk Mendapatkan Hal Ini, Solusinya Ternyata Mudah

Anak-anak usia 3 – 5 tahun mengucapkan kata-kata jorok. Misalnya alat kelamin, kotoran manusia, dan lainnya. Mereka mengulanginya bahkan sambil tersenyum dan tertawa-tawa. Orang tua tentu malu jika ucapan jorok itu dilakukannya di tempat umum. Psikolog di forum ibudanbalita.com (dilihat 1/7/2018) mengungkapkan bahwa kebiasaan anak mengucapkan kata-kata jorok bisa jadi karena ingin mendapatkan perhatian. Bagi anak, perhatian bukan hanya pelukan dan kasih sayang atau lainnya yang positif. Kemarahan, teguran, hukuman juga merupakan perhatian meskipun negatif. Misalnya saat anak yang mengucapkan kata-kata jorok, ibu mengalihkan pandangan dari gawainya. Ibu mendekati anak, melotot, dan menegur anak. Perbuatan ibu tersebut, meskipun negatif sudah merupakan perhatian. Anak belajar, kalau mau bikin ibu berhenti lihat hp, ngomong jorok aja. Anak mendapat perhatian sehingga cenderung mengulangi ngomong jorok. Bagaimana solusinya? Orang tua harus kompak berhenti memberi perhati

Lama Tidak Terdengar, Begini Nasib Penerbit Syaamil Saat Ini

Pecinta buku fiksi islami mungkin cukup akrab dengan nama Penerbit Syaamil. Ketika Mas Gagah Pergi, Pingkan, Pesantren Impian merupakan sebagian buku fiksi islami Syaamil yang sangat populer pada awal tahun 2000. Namun cobalah cari buku terbitan Syaamil saat ini di toko buku. Kemungkinan besar bukan buku yang akan kamu temukan, melainkan Al Quran, Syaamil Quran. Buku-buku Syaamil Sekitar tahun 1999, saya mengenal Penerbit Syaamil melalui beragam buku kumpulan cerpen dan novel islami yang dipasarkannya. Buku-buku Syaamil sering dijual pada bazar acara-acara kampus Universitas Sriwijaya (Unsri), juga di beranda-beranda musala fakultas saat jam istirahat. Hal itu menarik perhatian saya, karena di Toko Buku Gramedia Palembang, buku terbitan Syaamil masih belum tersedia. Harga buku Syaamil masih belasan ribu saat itu, namun masih mahal untuk ukuran kantong mahasiswa seperti saya. Catat saja, di awal era reformasi itu, Rp1.000 sudah bisa makan dengan nasi-sayur-tempe-tahu. J

Anak Ngompol Lagi Setelah Lama Tidak Mengompol, Sebabnya Tidak Terduga

Anak ngompol lagi pada pekan pertama masuk sekolah? Hal ini terjadi pada si kecil. Saya sempat kesal karena terlalu fokus pada akibat ngompol, bukan pemicunya. Mengompol Setelah Lama Absen “Kok sudah SD masih ngompol, sih?” Saya sempat melontarkan kalimat itu pada si kecil. Si kecil dengan nada suara pelan, minta maaf. Dia nggak sadar kalau ngompol. Dia tahu mengompol itu memalukan. Apalagi kalau sampai teman-teman sekolahnya tahu. Meskipun kasut si kecil menggunakan seprai antiair, tetap saja pakaiannya basah terkena ompol. Termasuk bantal dan guling. Seprai antiair pun mulai berkurang daya antiairnya. Empat tahun sudah usia pemakaiannya. Ompol tetap merembes ke permukaan kasur. Mencuci pakaian, seprai dan sarung bantal bekas ompol cukup melelahkan. Cucian bekas ompol harus dipisah. Disikat pelan-pelan. Diberi pewangi esktra. Dibilas dengan air mengalir agar ompolnya benar-benar hilang.   Padahal sudah lama sekali si kecil tidak mengompol. Maka dari itu saya