Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Sebagian orang tua bahagia dan bangga
jika buah hatinya mampu membaca dan menghapal ayat Al Qur’an pada usia dini. Kita bisa
melihat kebanggaan itu di wajah beberapa orang tua saat pelaksanaan lomba hafalan
Al Qur’an. Lima tahun terakhir, lomba hafalan Qur'an marak di bulan Ramadhan atau pada peringatan hari besar Islam. Pada lomba itulah, kita bisa melihat hasil didikan orang tua pada para penghafal Al Qur'an cilik.
Orang tua mana yang tidak bangga jika anak-anaknya
yang masih berusia 3-7 tahun sudah mampu menghafal Qur'an? Kemampuan mereka mengundang decak kagum. Orang dewasa belum tentu
hafal ayat-ayat yang mereka lafalkan.
Bagaimana cara mengajarkan Al Qur’an
pada anak usia dini? Jika kita menelusuri proses pembelajaran hafiz dan hafizah
yang berusia belia, satu kesamaan akan kita temukan: orang tua mereka telah
memperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an sejak anak-anak itu berada di dalam
kandungan dan memberikan lingkungan bernuansa Al Qur’an di usia dini.
Anak usia dini cenderung menyerap
berbagai hal dari lingkungan sekitarnya seperti spons. Jerih payah orang tua
yang menghadirkan suasana Al Qur’an secara berkelanjutan sudah bisa terlihat
pada saat mereka berada di usia TK atau sekolah dasar. Anak-anak itu telah
mampu membaca dan menghafal ayat Al Qur’an melampaui kemampuan anak-anak
seusianya. Hal itu menimbulkan kekaguman tersendiri, karena bahasa Al Qur’an
bukan bahasa ibu mereka.
Apakah pengondisian lingkungan akan
memberikan dampak yang sama terhadap kemampuan membaca dan menghafal Al Qur’an
pada anak-anak? Belum tentu. Setiap anak pada dasarnya memiliki gaya belajar
yang khas. Berdasarkan kemampuan anak dalam menyerap, mengelola, dan
menyampaikan informasi, gaya belajar anak dapat dikelompokkan menjadi gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Juz ‘Amma Interaktif ini merupakan
salah satu sarana belajar Al Qur’an yang dikemas untuk mengakomodir ketiga gaya
belajar itu. Setiap halaman berlapis plastik licin, sehingga bisa ditulis
dengan spidol khusus dan dihapus kembali. Pada dua halaman pertama, anak-anak
dapat menulis huruf hijaiyah, kemudian belajar menulis huruf hijaiyah sambung.
Pada halaman menulis huruf hijaiyah sambung, satu huruf hijaiyah tertentu berada
di awal, tengah, dan akhir kata. Anak dapat mengetahui perubahan bentuk setiap
huruf hijaiyah berdasarkan posisinya. Di halaman berikutnya barulah tersaji
surah-surah Juz Amma.
Halaman surah Juz ‘Amma terdiri dari
dua halaman dengan isi yang berbeda. Pada halaman sebelah kanan terdapat
ayat-ayat surah, transliterasi atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia dan
terjemahannya, serta kosakata terkait surah dalam 3 bahasa: Arab, Indonesia,
dan Inggris. Anak-anak dapat menandai atau mencoret halaman surah sesuai
kebutuhannya, terutama anak-anak yang belajar dengan gaya visual.
Di halaman bagian kiri terdapat kotak
kata pengantar dan tulisan yang mengajak anak berdialog, mendiskusikan
kandungan surah. Kotak Akhlak Al Qur’an dan wawasan keilmuan dibagian paling
bawah dapat dibaca keras-keras oleh anak-anak yang berlajar dengan gaya
auditori. Kotak Menulis Arabic yang tersaji di bagian samping dapat menjadi
sarana belajar praktik menulis anak-anak gaya belajat kinestetik. Keseluruhan
halaman yang berwarna dan dilengkapi ilustrasi sehingga cocok untuk anak usia
dini ataupun anak sekolah dasar.
Orang tua dapat menggunakan Juz ‘Amma Interaktif
ini dengan cara yang berbeda, tergantung usia anak. Anak usia 3-5 tahun yang
tengah belajar menulis dapat dibebaskan menulis di setiap halaman, terutama
halaman huruf hijaiyah. Mereka akan belajar mengenal perbedaan huruf hijaiyah
sambil menulis. Anak-anak usia SD bisa menggunakan Juz ‘Amma Interaktif sambil
membuat coretan-coretan tertentu.
Alika (3 Tahun) menebalkan garis-garis huruf hijaiyah |
Pendampingan orang tua dalam menggunakan
buku ini masih sangat diperlukan meskipun pengemasannya sudah tepat untuk anak.
Bahkan orang tua atau orang dewasa lainnya dapat menggunakan sendiri buku ini
untuk menghafal atau memperlancar bacaan Juz ‘Amma-nya. Dengan kata lain,
seluruh anggota keluarga dapat menggunakan Juz ‘Amma Interaktif ini meskipun
berbeda tujuannya.
Keterangan Buku
Judul : Juz Amma Interaktif, Senangnya Aku
Berakhlak Al Qur’an
Penyusun : Syamsu
Arramly dan Tim Sygma
Cetakan : 1
Cetakan : 1
Penerbit :
Syaamil Books
Tebal :
146 halaman
wah buku bagus nih, makaish infonya Ko.
BalasHapusbenar. senang sekali rasanya kalau anak kita bisa menghafal Alquran. Cuma murojaahnya itu yang sulit buat anak kami, yah... Mungkin karena kami kurang istikomah juga, sih... ira, keluarga pelancong
BalasHapus