Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Setahun lebih, saya absen memberikan pelatihan singkat tentang kepenulisan di
sekolah. Pada pertengahan September 2015, saya berkesempatan lagi datang ke sekolah-sekolah di Bandung untuk memberikan materi ‘Menulis Cerpen” dalam rangka School Visit Menulis Faber Castell. School Visit Menulis ini merupakan rangkaian sosialisasi Lomba Menulis Cerpen yang diadakan oleh Faber Castell dan Tulisen.com dan melibatkan penulis FLP seperti saya sebagai pemateri. SMP YWKA Bandung merupakan sekolah pertama yang saya kunjungi. Pesertanya siswa-siswi kelas VIII berjumlah sekitar 120 orang.
Inilah beberapa persiapan dan trik yang saya lakukan untuk menghadapi peserta.
1. Menyesuaikan materi presentasi
Materi
presentasi School Visit Menulis Faber Castell sudah disediakan Mbak Intan Savitri selaku White Director tulisen.com dalam format
Power Point. Saya mencermati materi presentasi beberapa hari sebelum acara. Sepertinya materi presentasi tersebut perlu penyesuaian lagi.
Tampilan presentasi asli |
Kenapa?
Kalimat-kalimat penjelas terlalu padat. Poin-poin yang menjelaskan pokok materi ditempatkan di satu slide saja. Saya memecah tampilan poin-poin penjelasan menjadi beberapa slide tersendiri. Kalimat penjelas cukup singkat saja. Penjelasan panjang lebar, akan saya lakukan secara lisan saja.
Kalimat-kalimat penjelas terlalu padat. Poin-poin yang menjelaskan pokok materi ditempatkan di satu slide saja. Saya memecah tampilan poin-poin penjelasan menjadi beberapa slide tersendiri. Kalimat penjelas cukup singkat saja. Penjelasan panjang lebar, akan saya lakukan secara lisan saja.
2. Melengkapi materi presentasi dengan gambar
Saya
juga menambahkan gambar di samping kalimat-kalimat materi. Saya pilih gambar
dari film animasi dan gambar-gambar yang dekat dengan kehidupan anak uisa
belasan tahun. Melihat gambar dan sedikit tulisan lebih menarik daripada
sekadar kumpulan huruf saja, kan? Apalagi audiensnya siswa-siswi SMP dalam
jumlah besar.
Gambar
juga dapat menyita perhatian mereka agar tetap fokus pada materi “Menulis
Cerpen” Gambar juga membantu siswa untuk mengingat materi, terutama bagi mereka
yang gaya belajarnya visual.
3.Selingan film pendek
Film
pendek yang saya pilih berjudul "A Shadow of Blue" Film ini bercerita
tentang gadis kecil yang berimajinasi melalui bayangannya. Durasinya cukup
singkat 12 menit, 15 detik. Ilustrasi musiknya enak didengar dan sama sekali
tidak ada dialog dalam film pendek ini.
“A
Shadow of Blue" memiliki unsur intrinsik yang sama dengan satu cerpen.
Saya menggunakan “A Shadow of Blue" untuk menjelaskan tentang unsur
intrinsik cerpen, terutama plot. Saya juga menggunakan plot cerita “A Shadow of
Blue" sebagai panduan membuat kerangka cerita fiksi.
Sajian
film pendek juga saya harapkan juga menjadi selingan agar peserta tidak bosan
mendengarkan uraian saya. Saat berkuliah di Fakultas Psikologi UI, dosen-dosen
kerap menggunakan potongan film untuk menjelaskan teori dan terapannya. Metode
pengajaran di sanalah yang menginspirasi saya menggunakan film sebagai
alternatif sajian materi.
4. Alokasikan waktu untuk mencapai lokasi acara
School
Visit Menulis Faber Castell di SMP YWKA Bandung terjadwal jam 08.00-10.00 WIB.
Satu hari sebelum acara, saya mencari lokasi SMP YWKA Bandung dengan Google
MAP. Lokasinya cukup jauh, di ujung jalan Soekarno Hatta. Rumah saya di sekitar
pangkal jalan itu. Jalan Soekarno Hatta merupakan jalan araya terpajang di kota
Bandung. Maka, saya alokasikan waktu 1 jam agar tiba tepat waktu di lokasi
acara.
Saat
menempuh perjalanan ke SMP YWKA Bandung, saya melihat petunjuk jalan di Google MAP beberapa kali, juga bertanya
kepada orang di pinggir jalan. Setelah berputar-putar, saya temukan juga gedung
SMP YWKA Bandung. Ternyata letak sekolah bukan di jalan utama. Saya tiba jam
07.45. Waktu itu, tim School Visit Menulis Faber Castell baru akan mengatur
tata letak meja, x banner, dan spanduk. Alhamdulillah, tiga puluh menit lagi
acara baru akan dimulai.
5. Mengamati tempat acara
Begitu
tiba di lokasi, saya segera mengamati tempat yang akan digunakan. Ruangan untuk
School Visit Menulis Faber Castell semacam ruang serbaguna yang bisa menampung
150-200 orang jika duduk lesehan. Dua meja dan empat kursi sudah terpasang di
depan. Layar proyeksi terbentang dengan meja untuk menempatkan proyektor.
Lantai baru saja dipel. Peserta saya perkirakan akan duduk di lantai untuk
menyimak materi.
Saya
juga bertanya di mana lokasi toilet. Saya bereskan dulu urusan buang air kecil
agar tak perlu izin ke belakang saat menyampaikan materi. Kalau pun terpaksa
harus ke toilet lagi, saya bisa cepat mencarinya karena sudah tahu lokasi
toilet itu.
Benar
saja, sekitar 120 siswa duduk lesehan di lantai untuk menyimak materi. Karena
situasi dan kondisi ini, mereka juga terpaksa menulis di lantai pada saat sesi
latihan menulis saya berikan.
6. Fokus pada peserta yang memberikan perhatian penuh
Sejak
awal, saya menetapkan tujuan School Visit Menulis Faber Castell ini adalah
memberikan pengetahuan tentang menulis cerpen dan memberi pengalaman menulis
cerpen. School Visit Menulis Faber Castell tidak bisa ditujukan untuk
menumbuhkan keahlian (skill) menulis cerpen dalam waktu singkat dan peserta
yang banyak (massal).
Kendala
peserta yang terlalu banyak adalah ketidakmampuan mentor untuk memberi
perhatian kepada semua peserta. Termasuk saya. Maka saya berusaha memberikan
materi sambil menatap semua peserta secara bergantian. Namun, saya juga tidak
bisa memungkiri, pada akhirnya saya lebih sering menatap peserta yang balas
menatap saya, melihat dan mendengar dengan penuh perhatian terhadap uraian
materi dari saya.
Setelah
satu jam acara, terutama pada saat latihan menulis, saya menaruh perhatian pada
anak yang terlihat mau berusaha menulis saja. Anak-anak yang berkelompok,
terlihat ogah-ogahan menulis saya abaikan dulu, namun sesekali menghampiri
mereka dan menanyakan apa kesulitan menuslinya
7. Penghargaan untuk peserta yang memberi perhatian
Panitia
School Visit Menulis Faber Castell memberikan makalah dalam bentuk cerpen
kepada peserta. Judulnya Hayat Ingin Menulis Cerpen, Kang Irfan (M. Irfan Hidayatullah) yang menulisnya. Saya meminta 3 siswa membaca cerpen itu secara
bergantian. Tiga siswa mengangkat tangan, bersedia membacakan cerpen di depan.
Saat
ketiga siswa itu maju, sebagian siswa lainnya menyoraki. Ada juga yang
menetawakan. Selama pembacaan cerpen pun tidak semua siswa menyimak. Beberapa
siswa kerap tertawa, karena salah satu pembaca cerpen kurang lancar membacakan
cerpen dan dialek sundanya terdengan khas meskipun cerpen yang dibacakannya
dalam bahasa Indonesia.
Saya
marah dengan sikap sebagian siswa yang tidak menghargai 3 temannya yang
membacakan cerpen itu. Namun saya menyalurkan kemarahan itu dengan hembusan
napas saja dan memberikan hadiah kumpulan cerpen karya saya kepada tiga siswa
yang telah berani maju membaca cerpen.
Untuk
peserta pelatihan singkat massal saya berkesimpulan, lebih baik memberi reward
kepada peserta yang fokus mengikuti acara dan perhatiannya saja dulu. Siswa yang
ingin mendapat perhatian dengan tingkah laku usil mereka, abaikan saja
dulu.
Membaca cerpen yang berisi tips menulis cerpen |
Film animasi sutradara ini saya gunakan di Visit School Bandung
Jadi inget waktu latihan2 nulis di cerpen disekolah dulu. pasti enggak lepas dengan kalimat "pada suatu hari", hehehe...
BalasHapus