Dunia konten sebenarnya bukan hal baru bagi penulis. Penulis mengolah ide menjadi kata dan kalimat, membentuk paragraf, hingga terwujud tulisan utuh. Pelengkap tulisan berupa ilustrasi atau foto, bukan wilayah kreatif penulis lagi. Pekerjaan penulis di hulu atau di awal, penyelesaian hingga publikasi diurus oleh pihak lainnya.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, definisi konten berubah dengan sangat cepat. Konten mengacu pada produk audio-visual berupa video pendek. Seolah-olah konten adalah apa yang bisa dilihat dan didengar sekaligus. Penyebutan konten untuk video membuat konten tulisan seakan terpinggirkan, meski sebenarnya awal pembuatan video berupa tulisan atau teks juga.
Di sinilah letak tantangannya bagi penulis yang mayoritas introvert. Ketika konten video menuntut penulis muncul di kamera, penulis merasa tidak nyaman. Bukan karena kurang percaya diri, melainkan karena energi kreatif penulis memang tumbuh dari ketenangan, bukan dari sorotan publik. Tampil sebagai figur di video akan cepat menyedot energi sang penulis.
Pada akhirnya tampil muka di konten video bukan sekadar soal keberanian, melainkan pilihan gaya konten video dan kenyamanan. Bagi sebagian orang, menatap lensa kamera itu biasa. Namun bagi seorang penulis, tatapan itu justru bisa merampas fokus dan spontanitas. Kreativitas yang biasanya mengalir melalui kata-kata bisa tiba-tiba mandek ketika harus menunjukkan ekspresi wajah, intonasi suara, dan gestur yang dinilai banyak orang.
Karena itu, konsep konten video tanpa wajah atau faceless menjadi alternatif. Bukan bentuk pelarian, tetapi adaptasi kreatif. Dengan model konten tanpa wajah, penulis tetap bisa menyampaikan nilai, pesan, dan cerita tanpa harus menampilkan sosoknya. Justru inilah ruang ideal untuk mengedepankan kekuatan kata-kata yang menggerakkan, membangun emosi, dan memberi makna kuat.
Faceless content juga membuka peluang eksperimen. Penulis bisa menggabungkan narasi tulisan dengan musik, foto, atau ilustrasi yang relevan. Kata-kata yang dulu hanya hidup sebagai teks kini bisa menjadi suara, atmosfer, dan pengalaman yang lebih luas bagi penonton. Kata tidak lagi berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian yang kuat dalam konten video.
Pada akhirnya, dunia konten video tidak pernah menutup ruang bagi mereka yang memilih enggan tampil. Justru pada era maraknya video pendek, kata-kata yang jujur dan kuat menjadi semakin langka dan dicari. Faceless content memungkinkan penulis tetap menjadi dirinya sendiri meramaikan ekosistem digital. Dunia konten berkembang, dan penulis pun ikut berkembang sesuai zaman.
Komentar
Posting Komentar