Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990 terbit
perdana pada 2014, saya cuek saja. Tidak pernah sekalipun menjamahnya meskipun
terpajang di area strategis berbagai toko buku. Novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991, terbit tahun 2015, saya masih
tidak acuh. Saat Milea, Suara dari Dilan
muncul Agustus 2016, saya baru
membacanya, sebab novel Dilan akan difilmkan.
Cerita Cinta Kayaknya
Cerita
cinta Dilan dan Milea. Sebagian besar calon pembaca novel Milea, Suara dari Dilan, akan menduga seperti itu. Apalagi
ditegaskan oleh berbagai komentar (yang sepertinya diambil dari Twitter) di sampul
belakang novelnya.
Komentar pembaca yang dimuat pada sampul belakang Milea |
Namun,
apa istimewanya kisah cinta karangan Pidi
Baiq itu sehingga membuat orang-orang yang telah membaca novelnya begitu
terkesan? Saya teringat dengan gaya penulisan Pidi Baiq di Drunken Monster dan Drunken Molen. Mungkinkah tokoh-tokoh dalam
novel Milea dan Dilan konyol seperti di buku di Drunken Monster dan Drunken Molen? Rasa pensaran itulah yang
membuat saya melanjutkan baca, meskipun belum membaca Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990, dan Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991.
Curhat Dilan
Di
halaman awal novel Milea, Suara dari
Dilan, kita langsung bertemu Dilan. Dia sudah membaca novel membaca Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990, dan Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991 dan jadi baper. Dilan juga
mengatakan Pidi Baiq datang kepadanya pada 15 Agustus 2015. Pidi Baiq ingin menuliskan
kisah cintanya bersama Milea dari sudut pandang Dilan. Awalnya Dilan enggan,
namun akhirnya menerima permintaan itu. Pidi Baiq mengatakan kepada Dilan,
banyak pelajaran yang bisa diperoleh pembaca dari suara Dilan itu.
Saya
sempat tersenyum membaca bab pendahuluan ini. Pidi Baiq membuat kisah cinta
Dilan-Milea seolah nyata. Padahal, tetap saja 2 novel Dilan dan Milea, Suara dari
Dilan merupakan cerita fiktif, meskipun berdasarkan kisah nyata. Mungkin
50% fakta dan sisanya imajinasi Pidi Baiq. Pada pengantar tersebut juga, sadar
atau tidak, Pidi Baiq sudah memberikan bocoran isi Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990, dan Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991, kepada saya, pembaca yang belum
membaca kedua buku itu. Jadi jika kamu ingin membaca Milea, lanjutkan saja. Inilah cara antimainstream membaca novel Pidi Baiq.
Kisah Orang-orang di Sekitar Dilan, Kecewa
Dilan
kemudian bercerita tentang Bunda dan Ayahnya. Porsi cerita ayahnya lebih besar,
sebab Milea sudah banyak bercerita tentang Bunda di dua buku terdahulu. Dari
cerita Dilan tentang tentang ayahnya itu, kita menjadi tahu, dari mana asal
muasal perilaku konyol Dilan. Dari ayahnya? Tidak juga. Ayah dan Bunda
sepertinya memberikan pengaruh dengan porsi yang entah berapa untuk perilaku konyol
dan iseng Dilan.
Teman-teman
Dilan mendapat giliran di bab 3.
Kehidupan Masa Remajaku. Dilan menceritakan Burhan yang 3 tahun lebih tua
dan ketua geng motor di Bandung. Burhanlah yang punya andil besar dalam
melibatkan Dilan di Geng Motor. Anhar yang awalnya memusuhi Dilan pun
diceritakan. Selain itu, ada Susi yang menyukai Dilan namun bertepuk sebelah
tangan. Remi Moore, waria yang meniru gaya rambut Demi Moore, artis film Ghost (Film percintaan manusia-hantu ini
sangat terkenal pada tahun 1990), serta beberapa orang lainnya yang dekat
dengan Dilan. Milea baru muncul di bab keempat, saat Dilan dan Milea resmi
berpacaran secara lisan dan tulisan. Dilan membuat semacam surat proklamasi
pacaran yang dibubuhi materai dan ditandatangani oleh Dilan maupun Milea. Proses
pendekatan Dilan kepada Milea tidak ada.
Milan dan Milea tahun 1990 |
Setelah
itu kisah Dilan terasa melompat-lompat, tidak runut dan seringkali menggantung.
Misalnya perkelahian Dilan dan Anhar karena Anhar menampar Lia (panggilan Milea).
Pidi Baiq hanya menulis: Dan kemudian
begitulah , seperti yang sudah Lia ceritakan di dalam bukunya. Di sinilah
saya merasa kecewa. Termasuk saat Dilan ditangkap polisi karena akan berkelahi di
Taman Centrum. Bagaimana Dilan bisa bebas, tanpa harus ditahan tiada
kelanjutan. Pidi Baiq sepertinya tidak ingin mengulang apa yang sudah ia
tuturkan di dua buku sebelumnya. Maka dari itu, kalimat begitulah bla bla bla… menjadi pilihannya.
Kekecewaan Memuncak
Kekecewaan
saya semakin memuncak kala memasuki halaman 214. Dilan dan Lia putus! Apa
alasannya, saya hanya bisa menduga-duga sebab dan alasan Lia memilih putus. Sebab dan alasan Lia memutuskan hubungan pacaran sepertinya sudah dibahas tuntas dengan deraian air mata oleh Lia di judul Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991. Kini, giliran Dilan mencurahkan dan menggambarkan perasaannya setelah
diputuskan Lia. Perilaku Dilan di sepertiga akhir novel Milea, Suara dari Dilan tersebut sama dengan hasil beberapa
penelitian tentang sikap dan perilaku pria kala putus cinta. Misalnya kajian
sosiolog di Universitas Wake Forest dan Universitas Florida State di Journal
Helath and Social Behaviour.
Di enam
bab terakhir, Pidi Baiq mengisahkan kehidupan Dilan dalam rentang waktu yang melompat
cukup jauh. Dilan lulus kuliah, menjadi mahasiswa, magang, dan reuni dengan
teman-teman SMA-nya lagi, termasuk bertemu dengan Lia. Bagi pembaca yang mudah
baper, sebaiknya jangan baca bab-bab terakhir ini. Jika tidak, hatimu akan ikut
mengharu biru. Akhir kisah di novel Milea,
Suara dari Dilan sepertinya sama dengan ending
Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991. Perbedaannya
adalah penuturnya. Kekecewan saya sempurna sudah karena harus membaca dua buku
dari sudut pandang Milea untuk mengetahui secara utuh kisah cinta Dilan dan
Milea sebelum filmnya tayang di bioskop.
Hal yang Paling Disuka dari Novel Pidi Baiq
Satu hal
yang saya suka dari novel Milea ini adalah humor satir. Semacam candaan yang
mengundang tawa tetapi maksudnya menyindir. Misalnya di halaman 42 tentang
penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Humor satir ala Pidi Baiq |
Bagi
yang pernah duduk di bangkus SMP atau SMA sebelum tahun 1995, pasti pernah
merasakan sedapnya penataran P4. Kalau kamu tidak tersenyum membaca kutipan
kalimat itu, saya yakin kamu sedang sakit gigi.
Hal
lainnya yang menarik adalah kemunculan Ancika Mehrunisa Rabu atau yang biasa dipanggil
Cika. Si Cika ini 4 tahun lebih muda daripada Dilan. Saat Cika kelas 2 SMA,
Dilan sudah kuliah tingkat tiga. Siapa sebenarnya Cika ini? Coba baca saja
puisi Dilan tentang Cika ini. Kamu bisa menebak siapa Cika.
Puisi Dilan untuk Cika ^_^ |
Setelah
membaca ulasan saya ini, kamu semakin tertarik untuk membaca Milea terlebih
dahulu? Harus jawab iya! Sebab kamu bisa membaca 3 bab pertama melalui blog Pidi
Baiq di sini. Jika ingin membeli buku cetaknya, bisa ke toko buku atau
mizanstore.com Buku digitalnya juga tersedia di Play Book. Bacalah segera novel
Dilan dan Milea, agar kamu bisa mendapat pelajaran dari ceritanya. Pelajaran
yang kumaksud itu, mungkin tidak pernah diajarkan oleh guru-guru kita di
sekolah. Selamat membaca.
Judul
Buku : Milea, Suara dari Dlan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Book
Tahun
Terbit : Agustus 2016 (Cetakan 1)
Jumlah Halaman : 360 Halaman
Pasti teman seangkatannya Pidi Baiq, ya...? :-P
BalasHapusBaca buku Dilan, bikin saya senyum-senyum gimana gituuu, baca buku kedua, bikin saya kecewa karena mereka putus, penasaran dengan buku 3, dari sudut pandnag Milea, jadi inget drakor playfull kiss, pas spesial eps ada curahan hati si cowoknya yang ternyata dari awal udah suka sama si cewek tapi emang karakternya cuek jadi enggak menunjukkan
BalasHapussaya baca buku pertama aja. dan nggak terlalu terkesan sama novelnya
BalasHapusMungkin karena pengalaman baca Antung Apriana sudah banyak. Novel populer seperti Dilan dan Milea memang idealnya buat pembaca pemula atau mereka yang ingin membaca untuk sekadar hiburan ^_^
HapusNgikik baca puisi tentang Cika. Pidi pasti niat betul saat mencari nama "Cika" biar pas dengan kegeloan puisi yang pengin Pidi tampilkan.
BalasHapushuehehe, cerita cinta "kayaknya" dan novel "begitulah" ya mas koko :D
BalasHapusSudah kuduga, hehehe
BalasHapusSaya malah baru baca yang Dilanku Tahun 1991, setelah adik saya menamatkannya dalam satu hari, lumayan menghibur si Dilan
BalasHapusSuka caandaan sama Pidi Baiq yang anti mainstrim
BalasHapusBaru baca yang Dilan 1990. Nunggu giliran:D
BalasHapusSaya mah sebel, jadinya sama Cika. Huhuhuuuu....
BalasHapusWkt baca buku yg ke2, saya sebel bgt sama dilan... Tp stelah baca buku yg ke3, jd tau isi hati dilan
BalasHapusaku suka gak sempat baca novel sampai habis, apalagi kalo udah tau mau difilmkan :D
BalasHapusbaru tau kalo ada digital booknya... hehe
BalasHapusRegards
Budy | Travelling Addict
www.travellingaddict.com
waduh novel cinta nih....syaa mah udah lewat...heee
BalasHapusDuh kang kalau saya mah baca novel tentang cinta itu suka lupa sama waktu deh karena terlalu asik baca novel sampai sampai lupa deh sama aktivitas yang akan dilakukan, mungkin ini bisa jadi refrensi selanjutnya saya deh.
BalasHapusIYa, harus waspada kalau baca Dilan Series. Emosi kita bisa ikut terbawa ^_^
Hapus"Seperti diceritakan Lia...." memang bagian yang bikin bete ya, Kang. Aku sering baca novel berseri bukan dari nomor satu tapi tetap asik. Ini doang yang beda :) Soal terbawa kebaperan di bab-bab akhir mah... iya banget :))
BalasHapusjadi penasaran sama buku Dilan, :)
BalasHapusCika sebenernya siapa atuh, kang?
BalasHapus