Ada satu pertanyaan sederhana, namun tidak semua pasangan menikah dapat menjawabnya. Pertanyaan itu adalah, “mengapa ingin memiliki anak?” Bagi pasangan yang bertahun-tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak, pertanyaan itu akan dijawab dengan lancar. Mereka sudah melewati ribuan hari tanpa tangis bayi, tiada canda tawa dengan anak-anak. Mereka menemukan banyak sekali alasan sehingga ingin sekali memiliki anak. Untuk pasangan yang sangat mudah dititipi anak oleh-Nya, pertanyaan mengapa ingin memiliki anak, bisa jadi terbersit pun tidak. Anak seolah hadir begitu saja. Baru saja menikah, beberapa bulan kemudian istri hamil. Setahun kemudian pasangan suami istri telah menjadi orang tua. Beberapa tahun kemudian, anak kedua, ketiga dan seterusnya lahir. Jawaban-jawaban berikut ini mungkin menjadi jawaban sekian orang tua saat mendapat pertanyaan tersebut: Saya ingin menciptakan kembali masa kecil yang indah Ngg…Semacam investasi untuk hari nanti Sebab saya percaya, kita akan m
Jilbab Traveler, Love Sprak in Korea merupakan 1 dari 5 film yang tayang saat lebaran tahun 2016. Sebagian orang dewasa mengajak anak-anak menonton film ini karena berbagai alasan. Amankah? Saya sudah nonton dan saya nilai aman dengan catatan?
Apa
catatannya? Anak yang menonton sebaiknya berusia > 8 tahun atau sekitar
kelas 4 SD. Sangat ideal jika anak sudah duduk di bangku SMP atau sesuai rating
dari lembaga sensor film Indonesia yaitu 13+. Selain itu, baiknya ada diskusi
antara orang tua atau orang dewasa usai menonton film, agar tahu persepsi dan
informasi yang diserap anak dari film itu.
Berikut delapan rekomendasi pertanyaan tentang film Jilbab Traveler, Love Spark in Korea.
Pertanyaan ini bisa menjadi awal diskusi yang menarik dengan anak-anak.
1. Apa impianmu ketika dewasa nanti?
Adegan
film Jilbab Traveler Love Spark in Korea dibuka dengan Rania kecil dan dua
kakaknya berlari, adu cepat dengan kereta yang melaju. Ayah mereka sering
bercerita, bahwa salah satu kereta menuju negeri seribu kisah. Melalui
cerita-ceritanya, sang ayah memotivasi anak-anaknya. Rania paling terinspirasi
untuk mencapai negeri seribu kisah itu. Setelah dewasa, ia aktif menulis dan
tulisan-tulisannya menerbangkan Rania ke negeri-negeri nan jauh.
Menanyakan
apa impian anak sejak kecil penting, agar orang tua atau orang dewasa lainnya
dapat mendukung dan mengarahkan mereka untuk menggapai mimpinya. Lebih cepat
menetapkan tujuan, lebih cepat sampai juga kan? Tidak sedikit remaja yang lulus
SMA masih bingung, mau apa dan ke mana setelah meninggalkan bangku sekolah.
Kadang-kadang
impian anak kecil remeh temah dan sepele sekali. Terima dan hargai saja dulu.
Cari tahu saja kenapa mereka memiliki impian seperti itu. Seperti putri saya
Alika. Menjelang 4 tahuan usianya, saya bertanya, “nanti Alika kalau sudah
besar mau jadi apa?” Alika dengan antusias menjawab, “Mau jadi Elsa!” lagu Let It Go kemudian mengalun dari
mulutnya…
2. Apakah penghalang langkahmu dan bagaimana
mengatasinya?
Rania
mengalami gegar otak saat kecil. Berbagai penyakit juga bersarang di tubuhnya sepanjang
usia sekolah. Rania terpaksa melepas satus mahasiswi pada semester awal perkuliahannya
karena sakit yang sering mendera kepala. Soal penyakit Rania ini, hanya
sepintas lalu saja di film, tetapi sangat detil pada novelnya. Selain penyakit,
kondisi perekonomian keluarga kerap menjadi masalah ayah-ibu Rania. Apakah
berbagai masalah itu menjadi hambatan bagi Rania untuk menggapai mimpinya? Tidak.
Rania berusaha dengan berbagai cara yang baik untuk mewujudkan mimpinya.
Setelah
menanyakan impian anak, bisa juga ditanyakan, apa saja yang mungkin menjadi penghalang
bagi tercapainya impian mereka? Jika masalah keterbatasan fisik dan ekonomi,
kegigihan Rania bisa menjadi contoh. Sosok yang gegar otak saat kecil,
mengalami kesulitan ekonomi dan tidak mempunyai gelar sarjana juga bisa meraih
impiannya. Sosok di dunia nyata pun ada yaitu Asma Nadia sang penulis novel
Jilbab Traveler. Rania adalah alter ego dari Asma Nadia.
3. Indah mana? Indonesia atau Korea Selatan?
Setelah
masa kecil Rania, penonton akan disuguhkan perjalanan Rania di beberapa negara.
Mesir, Saudi Arabia, Afrika, Prancis dengan landmark
khasnya. Selanjutnya penonton akan melihat keindahan Taman Nasional Baluran,
Situbondo, dan Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Film Jilbab Traveler, Love
Spark in Korea juga menyuguhkan pemandangan alam Seoul dan Gangwon di Korea
Selatan. Lokasi syuting Winter Sonata ditandai dengan patung Choi Ji-woo dan
Bae Yong Joon.
Pemandangan
dua negara yang mempunyai iklim berbeda di film Jilbab Traveler, Love Spark in Korea seolah mengajak kita
membandingkannya. Mana yang lebih indah?
Indonesia atau Korea Selatan? Bisa jadi anak-anak akan menjawab Korea pesona nuansa
putih musim dingin di Korea yang banyak ditampilkan. Membandingkan hanya
berdasarkan gambar atau film mungkin kurang adil. Namun, siapa tahu pertanyaan
itu akan menjadi awal bagi anak dan kita untuk menjejakkan kaki ke lokasi-lokasi
syuting itu suatu hari nanti.
4. Bagaimana rasanya menjadi muslim di negara
minoritas Islam?
Hyun
Geun ternyata seorang muslim. Di awal pertemuan dengan Rania, Hyun Geun sempat
mabuk karena minum soju. Pada kondisi tidak sadar sepenunnya, Hyun Geun
mengucapkan kalimat yang cukup membuat
Rania tersipu. Setelah kematian ibunya, Hyun Geun berusaha menjadi muslim yang
baik. Minum soju dihindarinya. Namun budaya minum soju bersama untuk merayakan
sesuatu sudah membudaya di Korea. Tidak minum bersama, bisa dianggap tidak
menghormati orang lain.
Berbagai
tantangan menjadi muslim di Korea tidak begitu diperlihatkan di film Jilbab Traveler Love Spark in Korea. Hal
yang menonjol cenderung kehati-hatian asupan makanan dan minuman halal. Namun kita bisa membahas tantangan-tantangan
menjadi muslim di negara Islam minoritas lebih lanjut. Ibadah di negara
minoritas muslim tidak seleluasa di Indonesia. Apa pendapat anak-anak? Diskusi
ini bisa mengajak anak bersyukur, betapa nikmatnya menjadi muslim di
Indonesia.
5. Kebahagiaan siapa yang akan lebih kamu
pentingkan?
Setelah
kematian ayahnya, Rania berjanji untuk tidak bepergian lagi. No traveling! Rania ingin selalu berada
di sisi ibunya. Menurut Rania, hal itu akan membuat bahagia ibunya. Rania juga
mengabaikan undangan Writer in Reidence
di Korea Selatan. Sang ibu kemudian mengajak Rania berdialog dari hati ke hati.
Apa yang membuat bahagia sang ibu ternyata saat melihat anaknya bahagia. Ibu
memberikan motivasi kepada Rania untuk berangkat ke Korea, karena ia membawa
nama Indonesia, khususnya muslimah. Akhirnya, Rania pergi traveling kembali.
Soal
kebahagiaan ini dapat kita diskusikan juga dengan anak-anak. Kebahagiaan siapa
yang akan mereka utamakan? Diri sendiri, orang tua, lingkungan atau siapa? Apa
sebabnya mereka menjatuhkan pilihan itu? Sekali lagi, apapun jawaban anak,
hargai dan tak perlu mendebatnya. Cari saja alasan di balik jawaban itu.
6. Kriteria apa yang paling penting dalam
menentukan jodoh?
Ada
konflik percintaan dalam film Jilbab
Traveler Love Spark in Korea. Ilhan, teman lama Rania, sudah menunjukkan rasa
suka dan disetujui oleh keluarga Rania. Ilhan kaya, terpelajar dan memiliki
jiwa sosial tinggi. Namun Ilhan trauma dengan perjalanan udara sehingga
menginginkan Rania tidak lagi traveling.
Selain Ilhan, ada Hyun Geun. Pria mualaf dari Korea Selatan yang berani
mengatakan rasa sukanya kepada Rania pada pertemuan pertama mereka. Rania
seolah harus memilih, Ilhan atau Hyun Geun.
Di masa
depan, anak-anak kita mungkin terjebak dalam situasi seperti ini. Pertanyaan
soal jodoh mungkin kita anggap terlalu dini. Namun fenomena pacaran mulai dari
yang malu-malu kucing sampai pacaran bebas tanpa batas ada di sekitar kita. Kasus
Rania dalam film Jilbab Traveler Love Spark in Korea bisa menjadi bahan diskusi bagi
orang tua dan anak tentang jodoh. Apa yang dilakukan anak, ibu, atau atau ayah
dan orang dewasa lainnya yang mengajak nonton anak jika berada di posisi Rania.
Kita bisa mulai menanamkan skala prioritas dalam memilih jodoh kepada anak-anak
kita.
7. Setelah dilamar, bagaimana seharusnya
pergaulan dengan calon pasangan?
Adegan-adegan
Rania dengan salah satu pria dalam menyiapkan pernikahan mereka di akhir cerita
ini agak mengganggu saya. Mungkin jika mendiskusikan dengan anak saya yang
sudah mulai remaja, diskusi akan berlanjut pada topik pernikahan. Topik yang
cepat atau lambat harus kita diskusikan dengan anak-anak kita. Masalah
pernikahan sekadarnya sesuai usia anak, mungkin sudah bisa kita sampaikan.
Orang tua bisa bercerita adab pergaulan, mencari jodoh, pernikahan yang syar’i atau menceritakan bagaimana proses perkenalan dan pernikahan ibu dan ayah. Seiring bertambahnya usia anak menuju angka 20, tentu masalah lawan jenis kerap menghampirinya. Orang tua bisa pelan-pelan membekali anak tentang pergaulan dengan lawan jenis sehingga bisa menjadi pertimbangan mereka untuk mengambil keputusan saat masalah dengan lawan jenis datang.
8. Kenapa Palestina Menjadi Mimpi yang Tercuri?
“Kamu mencuri
mimpiku, dan aku suka.” Kalimat itu diucapkan Rania kepada Hyun Geun yang telah
pergi lebih dulu ke Palestina. Padahal Palestina merupakan salah satu destinasi
impian Rania. Mengapa Palestina? Mengapa Hyun Geun sampai rela
menjadi relawan di Palestina dan kembali dalam keadaan fisik yang tidak ‘utuh’
lagi?
Konflik Palestina
merupakan isu yang masih jarang ada di film-film Indonesia. Jilbab Traveler Love Spark in Korea mengangkatnya
meskipun selintas saja. Palestina dan konfliknya dapat menjadi bahasan diskusi
dengan anak. Sejauh apa pengetahuan mereka tentang Palestina? Apa pendapat
mereka tentang konflik Palestina? Bisa jadi anak-anak belum mengetahui konflik
Palestina yang terjajah. Fakta itu bisa menjadi awal bagi kita untuk mengajak
anak peduli pada nasib sesama muslim di mancanegara.
Pertanyaan-pertanyaan
di atas tidak harus disampaikan begitu keluar dari bioskop. Orang tua dapat
memilih waktu santai yang tepat. Usai santap bersama misalnya. Jadikan
pertanyaan-pertanyaan itu sebagai bahan obrolan santai. Bukan bahan tes
evaluasi pemahaman anak terhadap Jilbab
Traveler Love Spark in Korea. Semoga
bermanfaat.
Satu lagi mas Koko: bagaimana adab bepergian?
BalasHapusMantap..mb asma bisa memasukan adab dalam bepergian di film JT
Ok, saya coba tambahkan.... Jadi semakin panjang tulisan ini ^_^
Hapusbelum nonton filmnya, tapi baca ulasan di blog ini perasaan udah kebayang deh gmn filmnya.
BalasHapusAyo nobar-nobar... Syukuran formasi baru...
HapusInspiratif
BalasHapusTerima kasih...
HapusKalau ditanya mau jadi apa? Jawaban Fathan jadi tentara, terus sekarang berubah jadi pilot, sepertinya memang menonton sebuah film memang harus sesuai usia agar saat berdiskusi nyambung
BalasHapusIya. Apalagi anak-anak, khususnya balita cenderung suka nonton berulang-ulang. Saya yakin yang suka Elsa dan Anna pasti nonton Frozen lebih dari 10x ...
HapusBelum nonton filmnya, tapi dari tulisan ini bisa sampai pesan filmnya scr utuh. Nice post bang koko. Makasih 👍
BalasHapusTerima kasih sudah mampir, Sri...
Hapusluar biasa pemikiran Mas Koko dalam mempertimbangkan pendidikan yang patut diberikan kepada anak melalui film. :)
BalasHapusHalah..... (tersanjung... ^_^)
HapusWah beda banget ulasan dari sisi psikolog ya mantaap banget deh
BalasHapus